Pendahuluan
Tulisan ini berawal dari mula,adanya kritikan untuk feminism, bahwa Feminisme itu salah konsep untuk menolong kaum wanita, bukan wanita malah diajak untuk menganggap dirinya itu didiskriminasi oleh kaum laki-laki, kata yang membuat simpati dan menganggap laki-laki itu kaum penindas. Di dalam Islam pria itu sebagai pelindung wanita menurut tafsir Ar-Razi dalam surat An-Nisa’ ayat 34 :
الرجال قوامون علي النساء
bahwa kata قوام diartikan dengan, pelindung bukan kekuatan, jadi diartikan leki-laki adalah sebagai pelindung wanita. Salahnya bukan wanita dianggap setara dengan laki-laki tetapi seharusnya merubah pandang laki-laki terhapadap wanita, bahwa wanita adalah mahluk yang harus dilindungi oleh laki-laki.
Dan dalam makalah ini, ingin mencari kerincuhan teori yang dianut oleh Feminisme Radikal yang berkembang pada tahun 1960-1970 di Amerika Serikat yang bertujuan equality laki-laki dan wanita 50/50. Teorinya antara lain Lesbianisme, permusuhan terhadap laki-laki, menghilang system kekeluargaan. Berikut ini akan di bahas lebih lanjut.
Feminisme Radikal Cabang dari Nature Feminin.
Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang Feminisme Radikal dan teorinya, kita perlu mengetahui asal-asul yang mendasari perkembanganya, Nature feminin yang mendasari ideologinya bahwa timbulnya kualitas Feminin dan Maskulin terdapat pada Determinasi Biologis , sehingga terjadi perbedaan antara lelaki dan perempuan.paham ini masuk kedalam gerakan Feminism Radikal sehingga timbul kesadaran bagi mereka untuk menghilangkan system partiarkat dengan tujuan yaitu pencapaian equality (persamaan) antara lain persamaan hak 50/50, karena dengan sistem kekeluargaan wanita terkukung oleh dominasi kaum Pria, maka sasaran mereka adalah pembebasan kaum perempuan dari semua kendali kaum laki-laki dalam setiap ranah kehidupan .
Feminism Natural yang ingin melanggengkan sifat-sifat alami wanita, sebagai salah satu wadah yang tepat untuk mendobrak dominasi kaum laki-laki,sehingga menjadikanya sebuah sistem matriarkat yang egaliter , hal ini menimbulkan bagi Feminisme Radikal sebuah sikap yang menjadikan wanita memilki kekuatan untuk menghilangkan dominasi kaum pria Male Supermacy, sehingga timbul apa yang disebut dengan Female Supremacy kekuatan perempuan untuk berdiri sendiri tanpa laki-laki. Sperti apa yang dikatakan Denise Thompson dalam bukunya Radical Feminism Today “for the most part, radical feminism has focused on exposing the worst excesses of social system wich is male supremacy” .
Ada dua cabang dalam Feminisme Natural, Ekofeminisme yang lebih halus dalam mewujudkan perdamaian di dunia, dan Feminisme Radikal yang keras yang memusuhi kalum laki-laki . Lebih lanjut lagi bahwa Ekofeminisme mengajukan permusuhan bagi perusak alam kerana mereka yakin bahwa sistem partiarkat yang menyirnakan kaum perempuan, adalah juga yang mengeksploitasi alam non insani, sehingga ada sebuah pembelaan terhadap kaum perempuan dan alam non insani . Dan ekofeminisme mengkritik feminism modern karena melepaskan Nature femininya untuk merbeut dunia maskulin, karena tidak dapat meruntuhkan system partiarki dan yang akan terjadi Male clone (tiruan wanita) di dunia maskulin.
Walaupun ada perbadaan antara keduanya, yang satu menjadikanya radikal Karena permusuhannya terhadap laki-laki sehingga menjadikanya Feminisme Radikal, yang kedua lebih halus berusaha mewujudkan perdamaian dengan menyertakan kepedulian terhadap keutuhan planet . Tetapi ada kesamaan pertalian antara Feminisme Radikal dan Ekofeminsme bahwa akar penyebab dari status nista kaum perempuan serta eksploitasi atas bumi adalah partriakat . Hal ini karena yang mendasari ideology mereka bahwa yang menajdikan perbedaan peran antara laki-laki dan wanita adalah suatu hal yang nature atau biologis. Sehingga suatu hal yang menyebabkan determinasi ini harus di hilangkan yaitu sistem partriarkat.
Kerincuhan Teori Feminisme Radikal.
A. Tranformasi dari Gender ke Seks.
Gender merupakan kata yang digunakan sebagai istilah oleh para feminism untuk membedakan antara laki-laki dan wanita terjadi karena dampak social atau produk budaya, dan hal ini menjadi paham dan konsep yang digunakan oleh Feminism dalam mengatasi subordinasi kaum wanita dengan cara mewujudkanya melalui perubahan budaya, legislative, ataupun praktik-praktik pengasuhan anak , yaitu dengan semangat equality . Lain halnya dengan seks (jenis kelamin), pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu .
Kalau feminisme dalam awal mula pergeraknya mengusung paham Gender, keterbalikan dengan feminism radikal, dia tidak lagi mengusung paham gender yang menjadikan dasar perbedaan laki-laki dan perempuan dalam taraf social, tetapi menyatakan bahwa perbedaanya terjadi bukan hanya pada social tetapi terjadi juga pada struktur Biologis.dan biologis ini antara lain kehamilan, keibuan yang diperankan oleh wanita . Dia lebih menyatakan kepada Nature alamiah manusia yang menjadikan laki-laki dengan sikap alamiahnya menjajah kaum perempuan.
Dalam Dialectic of sex Fairestone yang juga merupakan tokoh feminism radikal menyakan bahwa konsepsi Gender yang membedakan setiap aspek kehidupan kita dengan kerangka yang tak terbantahkan, bahwa perbedaan gender merupakan system yang kompleks yang mempertegas dominasi laki-laki, dan tugas teoritis feminism adalah bagaimana mengakhirinya . Dan hal ini dinyatakan oleh Maggie Humm, dia berpendapat bahwa analisis Firestone yang kemudian di perluas dan diperdalam oleh Adrieene Rich dan Nancy Chodrrow, menggeser teori feminis yang semula berfokus pada peran jenis kelamin menjadi teori dengan prespektif yang berpusat pada perempuan. Sebagaimana Catharine MacKinnon, seksualitas merupakan pemain kunci dalam ketidaksetaraan gender karena gender didasarkan pada ideology yang melekatkan kualitas yang dipelajarinya oleh alam .
Perbedaan pandang seperti diatas, dinyatakan oleh Erich Fromm sebagai perbedaan yang berulang-ulang selama berabad-abad; pada suatu masa, satu ajaran filosofis menekan pernyataan satunya dan ajaran lain menyatakan pernyataan lainya, lebih lanjut dia memberikan perbandingan; yaitu pemikiran yang berkembang pada kalangan filusuf zaman pencerahan dan filusuf zaman Romantik diawal abad kesmbilan belas, Filusuf zaman pencerahan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan (I’ame n’a pas de sex) . Perbedaan yang muncul kemudian adalah karena pengaruh lingkungan, terutama selam proses pendidikan, saat ini kita menyebutnya dengan perbedaan kultural . Sedangkan filusuf pada zaman Romantik mereka mengukapkan bahwa perbedaan karekterologis antara laki-laki dan perempuan adalah karena perbedaan biologis yang dibawa sejak lahir. Dan menurut Fromm perbedaan itu berimplikasi pada politis, filusuf zaman pencerahan terutama Prancis, menginginkan studi khusus tentang kesetaraan social. Sementara kaum Romantik sebagaian besar adalah kaum Revolusioner, memakai analisis mereka tentang esensi, kodrat perempuan sebagai sebuah penyebab ketimpangan dan ketidaksetaraan politis social .
Kaum romantic ini diperkuat oleh penayataan Freud, dia berpendapat bahwa perbedaan anatomis antara jenis kelamin merupakan penyebab dari perbedaan –perbedaan karektorologis, yang tak bisa diubah “Anatomi adalah takdirnya” katanya tentang perempuan, mengulangi kalimat Napoleon. Dan Freud memberikan pernyataan tentang seorang anak gadis kecil yang mempertanyakan kekuranganya yang seharusnya tidak dia miliki dan dia merasa iri terhadpa laki-laki, dan dia mulai mencari kekurangan itu untuk menutupi inferioritas dan iri hatinya dengan mencari subsituen organ laki-laki anak-anak, suami, atau kepimilikan benda. Dalam perkembangan neurotis dia tidak berhasil mencakupi kepuasan lewat substansi ini, ia tetap merasa iri terhadap laki-laki. Ia tidak pernah berhenti untuk menjadi laki-laki. Ia menjadi lesbi atau membenci kaum laki-laki .
Pernyataan kaum Romantik dan Freud yang menjadi landasan kaum Feminisme radikal untuk memberikan semangat melawan laki-laki, berdasrkan atas keiraian dan kecumburuan. Hal ini berbeda sekali dengan pernyataan Fromm, bahwa factor social lebih kuat efeknya, sehingga dapat meningkatkan, mengeliminasi, atau membalikan perbedaan-perbedaan yang berakar secara Biologis .
Mengapa penulis menilai bahwa ada krincuhan konsep biologis ini Karena hal diatas banyak yang mengecam Feminism Radikal, seperti halnya para feminism yang pro-Culture. Dikatakan bahwa feminism teralalu menitik beratkan kepada orienatasi Biologis daripada orientsi kulutur, dan lupa bahwa ada pengaruh kultur pada pembentukan konsep Gender , seperti pernyataan fromm diatas. Jadi menurut feminism yang berorientasi kultural menganggap Feminisme radikal sudah menyeleweng dari paradigma yang diusung oleh para feminism awal. Seperti yang dilakuakan oleh Heidi Hartman, Zillah Esisentein, dan Michele Barret. Menurut mereka apa pun konsep yang membenearkan perbedaan alami antara pria dan wanita, maka semua ini akan mengahalangi tercapainya kesetaraan gender 50/50 . Dan juga terjdi ketidak pastian dari para tokohnya sendiri pernyataan Firestone yang saya ambil dari Maggie Humm bahwa Firestone menyatakan bahwa culture perempuan itu penting. Kita bangga akan kultur perempuan seperti emosi, intuisi, cinta, hubungan seksual, dan sebagainya. Tetapi dilain sisi tokoh lainya yaitu Ti-Grace Atkinson dalam bukunya Amazon Odsey (1974) , yang bependapat bahwa fenomena cinta antara laki-laki dan wanita, katanya cinta adalah sebagai “roda” psikologis dalam penindasan wanita, katanya “If we are free would have need love”. Kalau misalnya menurut Firestone cinta itu penting, terus mengapa Grace berpendapat sebaliknya .
B. Menghilangkan system kekeluargaan
Sedikit mengambil perkataan Firestone dalam bukunya, Dialectic Sex “The biological family is inherently unequal power distrubtion” . Dalam halaman selanjutnya dia mengatakan “Inequalities inherent in the biological family itself. there is some evidence to prove that the effet Oedipus Complex” . Dengan mengambil perkataan dari Firestone jelas bahwa keluarga menurut dia adalah suatu yang tidak adil, dalam bahasanya Unequal (tidak sama, tidak seimbang, tidak adil, pen), dia membuktikan bahwa ketidak adilan itu dikaitkan dengan kisah Oedipus Complex ,kisah ini digambarkan oleh para antropologi agama, ada seorang ayah yang mempunyai wewenang untuk mengatur keluarganya, karena ketidak adilan yang ditumbulkan olehnya maka sempat anak yang tersingkir itu (merasa terpojok) membunuh ayahnya dengan menyembelihnya. Dan Firestone menyatkan bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak dibedakan “The Oedipus Complex as i have presented in previous chapter. Male children begin life in the lower class of women. Dressed as women, they are in no way distinguished fromfemale children” dan yang membuat mereka dibedakan adala karena ada system keluarga yang dikepalai oleh seorang bapak yang mempunyai wewenang untuk mengatur anaknya. Hal ini lah yang ingin diakhiri oleh Firestone, yang ia sebut dengan keluarga tirani “The tyranny of biological Family” .
Karena gerakan berasal dari doktrin equality (persamaan), maka Karena tidak menemui ketidak adilan dalam keluarga, akhirnya para Feminisme Radikal ingin menghilangkan institusi pernikahan. Paradigma mereka seperti ini tidak lain adalah dampak dari atmosfer dari pemikiran posmodernisme yaitu relativisme, doktrin relativisme mulanya berasal dari Protagoras, seorang sofis yang berprinsip bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu (man is the measure of all things), dan di zaman postmodern doktrin ini dicetuskan oleh F. Nietzche, dengan doktrin yang disebut dengan nihilism . Karena doktrin relativisme dan nihilism inilah yang mengakar pada para feminism radikal, untuk mempartahankan kebenaranya akan ketidak adilan dalam system kekeluargaan, akhirnya penghilangan nilai atau keluarga dan pernikahan tidak dianggap sebagai suatu hal yang suci, melainkan suatu hal yang negative.
Penistaan terhadap system keluarga,, merupakan hal yang menyeleweng dari tujuan pertama feminism radikal yang menganut naturalism, karena dari awal mereka bercita-cita ingin mewujudkan dunia yang damai yaitu tidak ada lagi penindasan, tetapi apakah bisa perdamaian ini terwujud seandainya keluarga ini dihilangkan, karena lembaga perkawinan suadah ada sejak zaman manusia diciptakan, dan laki-laki dan wanita saling membutuhakan satu sama lain, dan keduanya saling melengkapi . Dan hal ini mustahil untuk menghilangkan keberadaan institusi keluarga. Keluarga di Islam berebeda dengan keluarga daerah barat, keluarga di Islam bercirikhas keluarga Extended family dan Barat bercirikhas Nuclear Family . Seharusnya barat harus mencontoh kepada Islam keluarga yang baik, tidak harus menyamakan dengan Oedipus Complex, hal ini sungguh salah.betapa tidak orang barat sendiri melihat islam secara dalam, menyutujui bahwa kekeluargaan dalam Islam mempunyai nuansa sangat harmonis ketimbang keluarga di barat, sperti Gary Wander wartawan dari New York , Amerika Serikat menyatakan “selama saya berinterkasi dengan kaum muslimin saya menemukan ikatan yang kuat antara individu dalam sebuah keluarga muslim, saya mengetahui bagaimana orang tua itu menikmati kedudukanya diantara mereka. …….di barat dan di Amerika………saya menemukan yang sudah tua di tempatkan di panti jompo. Di buang dan tidak seorang punmenoleh kepadanya. Sebaliknya dalam masyarkat muslim, saya mendapati kakak dan nenek mendapatkan penghormatan , dan kemulian yang luar biasa. ”
C. Lesbianisme.
Feminisme radikal tidaklah sendirian dalam. mengusung gerakan lesbianism, salah satunya ialah Feminisme Lesbian, dengan tujuan satu mengakhiri keunggulan laki-laki male supremacy, seperti yang dinyakan oleh Bonny Zimmerman “The defined lesbian feminism as a political Choice-rather than matter of sexual orientation-that signified one’s commitment to ending male supremacy .”. mereka juga mengatakan “Who are free to say they don’t like Boys and free to say they do like grils” . Hal ini serupa dengan teorinya Elsa Gildow (1977) bahwa menjadi lesbian adalah telah bebas dari dominasi pria baik internal maupun eksternal. Dan juga salah satu jaringan dalam bentuk organisasi national bertujuan sama, oraganisasinya yaitu National Gay and Lesbian Task Force (NGLTF) . Organisai ini lah yang membentengi para lesbian dan homoseksual di barat, perjuangannya tidak bisa di remehkan, puncak keberhasilan mereka pada tahun 1973-1974, ketika usahanya untuk membantu American Psychiatric Association dalam menghilangkan nilai buruk terhapap Homoseksual sebagai penyakit mental . Sedangkan dalam gerja vatikan sudah melarang hubungan sesama jenis, The Vatikan decalaration on Sexual ethics tahun 1975, diputuskan bahwa prilaku lesbian dan homoseks are intirinsically disordered and can in no case be approved of ( menyimpang dan tidak dibenrkan), dan putusan ini diulang oleh Paus Benediktus XVI tahun 2006 . Dan lesbian ini di kritik oleh para akademisi perempuan yang disebut dengan teori aneh “queer theory”
Mengakhiri dominasi pria dengan cara, lesbian sebagai pembuktian bahwa wanita bisa berdiris sendiri tanpa laki-laki. Merupakan luapan kemarahan para perempuan, kemarahan terhadap laki-laki sehingga melupakan fitrahnya sebagai wanita, yaitu pendamping laki-aki. Menurut Ibnu- Miskawaih kalau cinta sudah tertanam tidak butuh lagi keadilan, Karena keadilan hanya buat orang hilang cintannya. Hal ini karena mereka menganggap bahwa hubungan dan wanita itu hanya sekedar kenikmatan sex sepert kata Evelyn Black wood “Kinship was not based on hierarchical realition between man and and women; it was organized in the interest of both sexes, each something it gain by forming kin ties thourgh mariege. ” hal ini merupakan kesalahan besar hubungan wanita dan laki-laki bukan hanya sekedar kenikmatan belaka tetapi butuh cinta. Ada 3 unsur timbulnya cinta menurut ibnu miskawaih : Al-ladzah (kenikmatan), Al-manfaat (manfaat), Al-khoir (kebaikan). Ketiga unsur inilah yang menimbulkan cinta, kita tidak hanya butuh kenikmatan Karen kenikmatan dia akan cepat hilang dan pergi, sesudah kenikmatan itu pergi maka dibutuhkan unsur kedua supaya tetap cinta yaitu adanya sebuah manfaat dan manfaat itu berlangsung lama dan cepat pergi, maka dibutuhkan cinta kebaikan berlangsung cepat dan tetap. Cinta seperti ini tidak akan ditemukan dalam budaya barat mereka berhenti pada kenikmatan dan lupa akan adanya kebaikan . Dan cinta menurut Ti-Grace Atkinson “What is Love but the payoff for consent to oppression? ” cinta katanya adalah sebuah bayaran atas penindasan. Dan dalam halaman selnjutnya dia menyatakan untuk apa kita butuh cinta kalau kita bebas (bebas dari penindasan laki-laki, pen) “If we are free, would we need love? ”. seperti ini kah cinta menurut orang barat, stidaknya tidak semua manusia beranggapan sama seperti Atkinson. Tetapi ini lah yang menjadi dasar para tokoh Feminisme Radikal untuk menseponsori liberalism, kita tidak butuh cinta seorang laki-laki jika kita bisa berbuat bebas, bebas dari laki-laki, hubungan laki-laki dan perempuan adalah sebuah keuntungan kenikmatan, dan kenikmatan itu tidak hanya kita peroleh dari laki-laki, kita bisa berdiri sendiri. Demikianlah sedikit pandangan dari feminism radikal kalu meujuk pada kutipan-kutipan diatas.
Lesbianisme hanya memperoleh kenikmatan tanpa unsur kebaikan, Dan sebaik-baiknya kebaikan adalah As-Sa’adah kebahagiaan. Feminism sudah terpuruk kedalam paradigma Marxisme, Yang selalu melihat institusi keluarga sebagai “musuh” yang pertama-tama yang harus dihilangkan atau diperkecil peranya apabila masyarakat komunis ingin ditegakkan, yaitu masyarakat tidak ada kaya dan miskin, dan tidak ada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan . Sehingga agenda salah satu agenda mainstream adalah antikum borjuis (orang yang berkuasa, pen) yaitu laki-laki. Sedangkan hal yang bermula dari suatu kemarahan tidak akan pernah menyelesaikan masalah seperti kata Pitrim Sorokin,”Love creats love, anger biggest anger, violence engender violence, and war generated war. ”
Penutup
Banyak kerincuhan- kerincuhan teori di dalam feminism radikal. Pendirian bahwa wanita dapat hidup berdiri sendiri tanpa laki-laki, merupakan keslahan yang fatal, karena telah melenceng dari sifat Nature perempuan sendiri padahal Feminism Radikal yang mempunyai paradigm Naturalisme, malah melenceng dari paradigma dia sendiri. Wanita tidak bisa dipisahkan dari laki-laki merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, kata megawangi bagaikan Yin dan Yang, untuk menyelaraskan hubungan di dunia.
Referensi
Blackwood, Evelyn, Sexuality and gender in Certain Native American Tribes: The case Cross-gender famales,p: 304, edt: Anne C. Herrmann in a book “ Theorizing Feminism”, Wetview Press, San Francisco : 1994.
Erich, Fromm “ Cinta, Seksualitas, dan Matriarki”, (terj) Pipiet Maizer, , Jala Sutra, Jojakarta: 2007
Firestone, Shulamith, “Dialectic Sex the case for feminist revolution”, William Morrow and Company, Inc, New York: 1970.
Fahmy Zarkasyi, Hamid, “Liberalisasi Pemikiran Islam”, Penyebarab doktrin relativisme, hal:89, Centre for Islamic and Occidentalis Studies (CIOS), Gontor Ponorogo : 2008.
Fahmi Zarkashyi, Hamid, “Problem Kesetaraan Gender dalam Studi Islam”, Jurnal dan peradaban Islam Islamia, Vol: III, No: 5, 2010,
Fakh, Mansour, “Analisis Gender & Transformasi Sosial”, Pustaka Pelajar, Yoyakarta:2007.
Humm, Maggie,“Ensiklopedia Feminisme”,(terj) Mundi Wahyu, Fajar Pustaka, Bantul:2007
Megawangi, Ratna, “Membiarkan Berbeda? Sudut pandang baru tentang relasi gender”, Mizan Pustaka, Jakarta.
M. Clifford, Anne, “Memperkenalkan Teologi Feminis”, (terj) Yosef M. Florison, , Penerbit Ledalero, Seminari Tinggi Ledalero Maumere: 2002.
Thompson, Denise “ Radical Feminism Today”, Sage Publication, California:2001.
Zimmerman, Bonnie, “Lesbian Histories and Cultures”, Routledge, November 30th 1999.
عزت, عبد العزيز, "ابن مسكويه فلسفة الأخلاقية و مصادرها ", شركة مكتبة و مطبعة مصطفي البابي و أولاده بمصر
الرازي الشافعي ,ابن علي التميم البكري,"تفسير الكبير أو مفاتح الغيب", المجلد 9-10, ص: 71, دار الكتاب العلمية, البيروت: 200م.
Tulisan ini berawal dari mula,adanya kritikan untuk feminism, bahwa Feminisme itu salah konsep untuk menolong kaum wanita, bukan wanita malah diajak untuk menganggap dirinya itu didiskriminasi oleh kaum laki-laki, kata yang membuat simpati dan menganggap laki-laki itu kaum penindas. Di dalam Islam pria itu sebagai pelindung wanita menurut tafsir Ar-Razi dalam surat An-Nisa’ ayat 34 :
الرجال قوامون علي النساء
bahwa kata قوام diartikan dengan, pelindung bukan kekuatan, jadi diartikan leki-laki adalah sebagai pelindung wanita. Salahnya bukan wanita dianggap setara dengan laki-laki tetapi seharusnya merubah pandang laki-laki terhapadap wanita, bahwa wanita adalah mahluk yang harus dilindungi oleh laki-laki.
Dan dalam makalah ini, ingin mencari kerincuhan teori yang dianut oleh Feminisme Radikal yang berkembang pada tahun 1960-1970 di Amerika Serikat yang bertujuan equality laki-laki dan wanita 50/50. Teorinya antara lain Lesbianisme, permusuhan terhadap laki-laki, menghilang system kekeluargaan. Berikut ini akan di bahas lebih lanjut.
Feminisme Radikal Cabang dari Nature Feminin.
Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang Feminisme Radikal dan teorinya, kita perlu mengetahui asal-asul yang mendasari perkembanganya, Nature feminin yang mendasari ideologinya bahwa timbulnya kualitas Feminin dan Maskulin terdapat pada Determinasi Biologis , sehingga terjadi perbedaan antara lelaki dan perempuan.paham ini masuk kedalam gerakan Feminism Radikal sehingga timbul kesadaran bagi mereka untuk menghilangkan system partiarkat dengan tujuan yaitu pencapaian equality (persamaan) antara lain persamaan hak 50/50, karena dengan sistem kekeluargaan wanita terkukung oleh dominasi kaum Pria, maka sasaran mereka adalah pembebasan kaum perempuan dari semua kendali kaum laki-laki dalam setiap ranah kehidupan .
Feminism Natural yang ingin melanggengkan sifat-sifat alami wanita, sebagai salah satu wadah yang tepat untuk mendobrak dominasi kaum laki-laki,sehingga menjadikanya sebuah sistem matriarkat yang egaliter , hal ini menimbulkan bagi Feminisme Radikal sebuah sikap yang menjadikan wanita memilki kekuatan untuk menghilangkan dominasi kaum pria Male Supermacy, sehingga timbul apa yang disebut dengan Female Supremacy kekuatan perempuan untuk berdiri sendiri tanpa laki-laki. Sperti apa yang dikatakan Denise Thompson dalam bukunya Radical Feminism Today “for the most part, radical feminism has focused on exposing the worst excesses of social system wich is male supremacy” .
Ada dua cabang dalam Feminisme Natural, Ekofeminisme yang lebih halus dalam mewujudkan perdamaian di dunia, dan Feminisme Radikal yang keras yang memusuhi kalum laki-laki . Lebih lanjut lagi bahwa Ekofeminisme mengajukan permusuhan bagi perusak alam kerana mereka yakin bahwa sistem partiarkat yang menyirnakan kaum perempuan, adalah juga yang mengeksploitasi alam non insani, sehingga ada sebuah pembelaan terhadap kaum perempuan dan alam non insani . Dan ekofeminisme mengkritik feminism modern karena melepaskan Nature femininya untuk merbeut dunia maskulin, karena tidak dapat meruntuhkan system partiarki dan yang akan terjadi Male clone (tiruan wanita) di dunia maskulin.
Walaupun ada perbadaan antara keduanya, yang satu menjadikanya radikal Karena permusuhannya terhadap laki-laki sehingga menjadikanya Feminisme Radikal, yang kedua lebih halus berusaha mewujudkan perdamaian dengan menyertakan kepedulian terhadap keutuhan planet . Tetapi ada kesamaan pertalian antara Feminisme Radikal dan Ekofeminsme bahwa akar penyebab dari status nista kaum perempuan serta eksploitasi atas bumi adalah partriakat . Hal ini karena yang mendasari ideology mereka bahwa yang menajdikan perbedaan peran antara laki-laki dan wanita adalah suatu hal yang nature atau biologis. Sehingga suatu hal yang menyebabkan determinasi ini harus di hilangkan yaitu sistem partriarkat.
Kerincuhan Teori Feminisme Radikal.
A. Tranformasi dari Gender ke Seks.
Gender merupakan kata yang digunakan sebagai istilah oleh para feminism untuk membedakan antara laki-laki dan wanita terjadi karena dampak social atau produk budaya, dan hal ini menjadi paham dan konsep yang digunakan oleh Feminism dalam mengatasi subordinasi kaum wanita dengan cara mewujudkanya melalui perubahan budaya, legislative, ataupun praktik-praktik pengasuhan anak , yaitu dengan semangat equality . Lain halnya dengan seks (jenis kelamin), pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu .
Kalau feminisme dalam awal mula pergeraknya mengusung paham Gender, keterbalikan dengan feminism radikal, dia tidak lagi mengusung paham gender yang menjadikan dasar perbedaan laki-laki dan perempuan dalam taraf social, tetapi menyatakan bahwa perbedaanya terjadi bukan hanya pada social tetapi terjadi juga pada struktur Biologis.dan biologis ini antara lain kehamilan, keibuan yang diperankan oleh wanita . Dia lebih menyatakan kepada Nature alamiah manusia yang menjadikan laki-laki dengan sikap alamiahnya menjajah kaum perempuan.
Dalam Dialectic of sex Fairestone yang juga merupakan tokoh feminism radikal menyakan bahwa konsepsi Gender yang membedakan setiap aspek kehidupan kita dengan kerangka yang tak terbantahkan, bahwa perbedaan gender merupakan system yang kompleks yang mempertegas dominasi laki-laki, dan tugas teoritis feminism adalah bagaimana mengakhirinya . Dan hal ini dinyatakan oleh Maggie Humm, dia berpendapat bahwa analisis Firestone yang kemudian di perluas dan diperdalam oleh Adrieene Rich dan Nancy Chodrrow, menggeser teori feminis yang semula berfokus pada peran jenis kelamin menjadi teori dengan prespektif yang berpusat pada perempuan. Sebagaimana Catharine MacKinnon, seksualitas merupakan pemain kunci dalam ketidaksetaraan gender karena gender didasarkan pada ideology yang melekatkan kualitas yang dipelajarinya oleh alam .
Perbedaan pandang seperti diatas, dinyatakan oleh Erich Fromm sebagai perbedaan yang berulang-ulang selama berabad-abad; pada suatu masa, satu ajaran filosofis menekan pernyataan satunya dan ajaran lain menyatakan pernyataan lainya, lebih lanjut dia memberikan perbandingan; yaitu pemikiran yang berkembang pada kalangan filusuf zaman pencerahan dan filusuf zaman Romantik diawal abad kesmbilan belas, Filusuf zaman pencerahan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan (I’ame n’a pas de sex) . Perbedaan yang muncul kemudian adalah karena pengaruh lingkungan, terutama selam proses pendidikan, saat ini kita menyebutnya dengan perbedaan kultural . Sedangkan filusuf pada zaman Romantik mereka mengukapkan bahwa perbedaan karekterologis antara laki-laki dan perempuan adalah karena perbedaan biologis yang dibawa sejak lahir. Dan menurut Fromm perbedaan itu berimplikasi pada politis, filusuf zaman pencerahan terutama Prancis, menginginkan studi khusus tentang kesetaraan social. Sementara kaum Romantik sebagaian besar adalah kaum Revolusioner, memakai analisis mereka tentang esensi, kodrat perempuan sebagai sebuah penyebab ketimpangan dan ketidaksetaraan politis social .
Kaum romantic ini diperkuat oleh penayataan Freud, dia berpendapat bahwa perbedaan anatomis antara jenis kelamin merupakan penyebab dari perbedaan –perbedaan karektorologis, yang tak bisa diubah “Anatomi adalah takdirnya” katanya tentang perempuan, mengulangi kalimat Napoleon. Dan Freud memberikan pernyataan tentang seorang anak gadis kecil yang mempertanyakan kekuranganya yang seharusnya tidak dia miliki dan dia merasa iri terhadpa laki-laki, dan dia mulai mencari kekurangan itu untuk menutupi inferioritas dan iri hatinya dengan mencari subsituen organ laki-laki anak-anak, suami, atau kepimilikan benda. Dalam perkembangan neurotis dia tidak berhasil mencakupi kepuasan lewat substansi ini, ia tetap merasa iri terhadap laki-laki. Ia tidak pernah berhenti untuk menjadi laki-laki. Ia menjadi lesbi atau membenci kaum laki-laki .
Pernyataan kaum Romantik dan Freud yang menjadi landasan kaum Feminisme radikal untuk memberikan semangat melawan laki-laki, berdasrkan atas keiraian dan kecumburuan. Hal ini berbeda sekali dengan pernyataan Fromm, bahwa factor social lebih kuat efeknya, sehingga dapat meningkatkan, mengeliminasi, atau membalikan perbedaan-perbedaan yang berakar secara Biologis .
Mengapa penulis menilai bahwa ada krincuhan konsep biologis ini Karena hal diatas banyak yang mengecam Feminism Radikal, seperti halnya para feminism yang pro-Culture. Dikatakan bahwa feminism teralalu menitik beratkan kepada orienatasi Biologis daripada orientsi kulutur, dan lupa bahwa ada pengaruh kultur pada pembentukan konsep Gender , seperti pernyataan fromm diatas. Jadi menurut feminism yang berorientasi kultural menganggap Feminisme radikal sudah menyeleweng dari paradigma yang diusung oleh para feminism awal. Seperti yang dilakuakan oleh Heidi Hartman, Zillah Esisentein, dan Michele Barret. Menurut mereka apa pun konsep yang membenearkan perbedaan alami antara pria dan wanita, maka semua ini akan mengahalangi tercapainya kesetaraan gender 50/50 . Dan juga terjdi ketidak pastian dari para tokohnya sendiri pernyataan Firestone yang saya ambil dari Maggie Humm bahwa Firestone menyatakan bahwa culture perempuan itu penting. Kita bangga akan kultur perempuan seperti emosi, intuisi, cinta, hubungan seksual, dan sebagainya. Tetapi dilain sisi tokoh lainya yaitu Ti-Grace Atkinson dalam bukunya Amazon Odsey (1974) , yang bependapat bahwa fenomena cinta antara laki-laki dan wanita, katanya cinta adalah sebagai “roda” psikologis dalam penindasan wanita, katanya “If we are free would have need love”. Kalau misalnya menurut Firestone cinta itu penting, terus mengapa Grace berpendapat sebaliknya .
B. Menghilangkan system kekeluargaan
Sedikit mengambil perkataan Firestone dalam bukunya, Dialectic Sex “The biological family is inherently unequal power distrubtion” . Dalam halaman selanjutnya dia mengatakan “Inequalities inherent in the biological family itself. there is some evidence to prove that the effet Oedipus Complex” . Dengan mengambil perkataan dari Firestone jelas bahwa keluarga menurut dia adalah suatu yang tidak adil, dalam bahasanya Unequal (tidak sama, tidak seimbang, tidak adil, pen), dia membuktikan bahwa ketidak adilan itu dikaitkan dengan kisah Oedipus Complex ,kisah ini digambarkan oleh para antropologi agama, ada seorang ayah yang mempunyai wewenang untuk mengatur keluarganya, karena ketidak adilan yang ditumbulkan olehnya maka sempat anak yang tersingkir itu (merasa terpojok) membunuh ayahnya dengan menyembelihnya. Dan Firestone menyatkan bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak dibedakan “The Oedipus Complex as i have presented in previous chapter. Male children begin life in the lower class of women. Dressed as women, they are in no way distinguished fromfemale children” dan yang membuat mereka dibedakan adala karena ada system keluarga yang dikepalai oleh seorang bapak yang mempunyai wewenang untuk mengatur anaknya. Hal ini lah yang ingin diakhiri oleh Firestone, yang ia sebut dengan keluarga tirani “The tyranny of biological Family” .
Karena gerakan berasal dari doktrin equality (persamaan), maka Karena tidak menemui ketidak adilan dalam keluarga, akhirnya para Feminisme Radikal ingin menghilangkan institusi pernikahan. Paradigma mereka seperti ini tidak lain adalah dampak dari atmosfer dari pemikiran posmodernisme yaitu relativisme, doktrin relativisme mulanya berasal dari Protagoras, seorang sofis yang berprinsip bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu (man is the measure of all things), dan di zaman postmodern doktrin ini dicetuskan oleh F. Nietzche, dengan doktrin yang disebut dengan nihilism . Karena doktrin relativisme dan nihilism inilah yang mengakar pada para feminism radikal, untuk mempartahankan kebenaranya akan ketidak adilan dalam system kekeluargaan, akhirnya penghilangan nilai atau keluarga dan pernikahan tidak dianggap sebagai suatu hal yang suci, melainkan suatu hal yang negative.
Penistaan terhadap system keluarga,, merupakan hal yang menyeleweng dari tujuan pertama feminism radikal yang menganut naturalism, karena dari awal mereka bercita-cita ingin mewujudkan dunia yang damai yaitu tidak ada lagi penindasan, tetapi apakah bisa perdamaian ini terwujud seandainya keluarga ini dihilangkan, karena lembaga perkawinan suadah ada sejak zaman manusia diciptakan, dan laki-laki dan wanita saling membutuhakan satu sama lain, dan keduanya saling melengkapi . Dan hal ini mustahil untuk menghilangkan keberadaan institusi keluarga. Keluarga di Islam berebeda dengan keluarga daerah barat, keluarga di Islam bercirikhas keluarga Extended family dan Barat bercirikhas Nuclear Family . Seharusnya barat harus mencontoh kepada Islam keluarga yang baik, tidak harus menyamakan dengan Oedipus Complex, hal ini sungguh salah.betapa tidak orang barat sendiri melihat islam secara dalam, menyutujui bahwa kekeluargaan dalam Islam mempunyai nuansa sangat harmonis ketimbang keluarga di barat, sperti Gary Wander wartawan dari New York , Amerika Serikat menyatakan “selama saya berinterkasi dengan kaum muslimin saya menemukan ikatan yang kuat antara individu dalam sebuah keluarga muslim, saya mengetahui bagaimana orang tua itu menikmati kedudukanya diantara mereka. …….di barat dan di Amerika………saya menemukan yang sudah tua di tempatkan di panti jompo. Di buang dan tidak seorang punmenoleh kepadanya. Sebaliknya dalam masyarkat muslim, saya mendapati kakak dan nenek mendapatkan penghormatan , dan kemulian yang luar biasa. ”
C. Lesbianisme.
Feminisme radikal tidaklah sendirian dalam. mengusung gerakan lesbianism, salah satunya ialah Feminisme Lesbian, dengan tujuan satu mengakhiri keunggulan laki-laki male supremacy, seperti yang dinyakan oleh Bonny Zimmerman “The defined lesbian feminism as a political Choice-rather than matter of sexual orientation-that signified one’s commitment to ending male supremacy .”. mereka juga mengatakan “Who are free to say they don’t like Boys and free to say they do like grils” . Hal ini serupa dengan teorinya Elsa Gildow (1977) bahwa menjadi lesbian adalah telah bebas dari dominasi pria baik internal maupun eksternal. Dan juga salah satu jaringan dalam bentuk organisasi national bertujuan sama, oraganisasinya yaitu National Gay and Lesbian Task Force (NGLTF) . Organisai ini lah yang membentengi para lesbian dan homoseksual di barat, perjuangannya tidak bisa di remehkan, puncak keberhasilan mereka pada tahun 1973-1974, ketika usahanya untuk membantu American Psychiatric Association dalam menghilangkan nilai buruk terhapap Homoseksual sebagai penyakit mental . Sedangkan dalam gerja vatikan sudah melarang hubungan sesama jenis, The Vatikan decalaration on Sexual ethics tahun 1975, diputuskan bahwa prilaku lesbian dan homoseks are intirinsically disordered and can in no case be approved of ( menyimpang dan tidak dibenrkan), dan putusan ini diulang oleh Paus Benediktus XVI tahun 2006 . Dan lesbian ini di kritik oleh para akademisi perempuan yang disebut dengan teori aneh “queer theory”
Mengakhiri dominasi pria dengan cara, lesbian sebagai pembuktian bahwa wanita bisa berdiris sendiri tanpa laki-laki. Merupakan luapan kemarahan para perempuan, kemarahan terhadap laki-laki sehingga melupakan fitrahnya sebagai wanita, yaitu pendamping laki-aki. Menurut Ibnu- Miskawaih kalau cinta sudah tertanam tidak butuh lagi keadilan, Karena keadilan hanya buat orang hilang cintannya. Hal ini karena mereka menganggap bahwa hubungan dan wanita itu hanya sekedar kenikmatan sex sepert kata Evelyn Black wood “Kinship was not based on hierarchical realition between man and and women; it was organized in the interest of both sexes, each something it gain by forming kin ties thourgh mariege. ” hal ini merupakan kesalahan besar hubungan wanita dan laki-laki bukan hanya sekedar kenikmatan belaka tetapi butuh cinta. Ada 3 unsur timbulnya cinta menurut ibnu miskawaih : Al-ladzah (kenikmatan), Al-manfaat (manfaat), Al-khoir (kebaikan). Ketiga unsur inilah yang menimbulkan cinta, kita tidak hanya butuh kenikmatan Karen kenikmatan dia akan cepat hilang dan pergi, sesudah kenikmatan itu pergi maka dibutuhkan unsur kedua supaya tetap cinta yaitu adanya sebuah manfaat dan manfaat itu berlangsung lama dan cepat pergi, maka dibutuhkan cinta kebaikan berlangsung cepat dan tetap. Cinta seperti ini tidak akan ditemukan dalam budaya barat mereka berhenti pada kenikmatan dan lupa akan adanya kebaikan . Dan cinta menurut Ti-Grace Atkinson “What is Love but the payoff for consent to oppression? ” cinta katanya adalah sebuah bayaran atas penindasan. Dan dalam halaman selnjutnya dia menyatakan untuk apa kita butuh cinta kalau kita bebas (bebas dari penindasan laki-laki, pen) “If we are free, would we need love? ”. seperti ini kah cinta menurut orang barat, stidaknya tidak semua manusia beranggapan sama seperti Atkinson. Tetapi ini lah yang menjadi dasar para tokoh Feminisme Radikal untuk menseponsori liberalism, kita tidak butuh cinta seorang laki-laki jika kita bisa berbuat bebas, bebas dari laki-laki, hubungan laki-laki dan perempuan adalah sebuah keuntungan kenikmatan, dan kenikmatan itu tidak hanya kita peroleh dari laki-laki, kita bisa berdiri sendiri. Demikianlah sedikit pandangan dari feminism radikal kalu meujuk pada kutipan-kutipan diatas.
Lesbianisme hanya memperoleh kenikmatan tanpa unsur kebaikan, Dan sebaik-baiknya kebaikan adalah As-Sa’adah kebahagiaan. Feminism sudah terpuruk kedalam paradigma Marxisme, Yang selalu melihat institusi keluarga sebagai “musuh” yang pertama-tama yang harus dihilangkan atau diperkecil peranya apabila masyarakat komunis ingin ditegakkan, yaitu masyarakat tidak ada kaya dan miskin, dan tidak ada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan . Sehingga agenda salah satu agenda mainstream adalah antikum borjuis (orang yang berkuasa, pen) yaitu laki-laki. Sedangkan hal yang bermula dari suatu kemarahan tidak akan pernah menyelesaikan masalah seperti kata Pitrim Sorokin,”Love creats love, anger biggest anger, violence engender violence, and war generated war. ”
Penutup
Banyak kerincuhan- kerincuhan teori di dalam feminism radikal. Pendirian bahwa wanita dapat hidup berdiri sendiri tanpa laki-laki, merupakan keslahan yang fatal, karena telah melenceng dari sifat Nature perempuan sendiri padahal Feminism Radikal yang mempunyai paradigm Naturalisme, malah melenceng dari paradigma dia sendiri. Wanita tidak bisa dipisahkan dari laki-laki merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, kata megawangi bagaikan Yin dan Yang, untuk menyelaraskan hubungan di dunia.
Referensi
Blackwood, Evelyn, Sexuality and gender in Certain Native American Tribes: The case Cross-gender famales,p: 304, edt: Anne C. Herrmann in a book “ Theorizing Feminism”, Wetview Press, San Francisco : 1994.
Erich, Fromm “ Cinta, Seksualitas, dan Matriarki”, (terj) Pipiet Maizer, , Jala Sutra, Jojakarta: 2007
Firestone, Shulamith, “Dialectic Sex the case for feminist revolution”, William Morrow and Company, Inc, New York: 1970.
Fahmy Zarkasyi, Hamid, “Liberalisasi Pemikiran Islam”, Penyebarab doktrin relativisme, hal:89, Centre for Islamic and Occidentalis Studies (CIOS), Gontor Ponorogo : 2008.
Fahmi Zarkashyi, Hamid, “Problem Kesetaraan Gender dalam Studi Islam”, Jurnal dan peradaban Islam Islamia, Vol: III, No: 5, 2010,
Fakh, Mansour, “Analisis Gender & Transformasi Sosial”, Pustaka Pelajar, Yoyakarta:2007.
Humm, Maggie,“Ensiklopedia Feminisme”,(terj) Mundi Wahyu, Fajar Pustaka, Bantul:2007
Megawangi, Ratna, “Membiarkan Berbeda? Sudut pandang baru tentang relasi gender”, Mizan Pustaka, Jakarta.
M. Clifford, Anne, “Memperkenalkan Teologi Feminis”, (terj) Yosef M. Florison, , Penerbit Ledalero, Seminari Tinggi Ledalero Maumere: 2002.
Thompson, Denise “ Radical Feminism Today”, Sage Publication, California:2001.
Zimmerman, Bonnie, “Lesbian Histories and Cultures”, Routledge, November 30th 1999.
عزت, عبد العزيز, "ابن مسكويه فلسفة الأخلاقية و مصادرها ", شركة مكتبة و مطبعة مصطفي البابي و أولاده بمصر
الرازي الشافعي ,ابن علي التميم البكري,"تفسير الكبير أو مفاتح الغيب", المجلد 9-10, ص: 71, دار الكتاب العلمية, البيروت: 200م.