Minggu

PENOLAKAN ISLAM TERHADAP SEKULARISASI



Pendahuluan
Sekitar pertengahan abad ke 15 Martin Luther melihat suatu hal yang sangat tidak lazim dilakukan oleh para wakil Tuhan dimuka bumi, yaitu tindakan semena-mena yang dilakukan oleh gereja. Salah satunya adalah pemberian surat penebusan dosa bagi manusia yang sedang merasakan dosa, sehingga gereja seakan-akan tempat untuk meminta ampun dari segala dosa.
Perilaku-perilaku gereja yang tidak lazim tersebut bukan hanya dilihat oleh seseorang saja, tetapi bayak dari kalangan cendekiawan yang menyaksikan perbuatan-perbuatan yang dilakukan gereja dengan semena-mena.
Para raja-raja eropa yang pada mulanya berada dalam genggaman gereja sadar dan akhirnya melepaskan diri dari pengaruh gereja. Dan melakukan sekularisasi dalam kehidupan mereka karena mereka tidak memandang adanya kebaikan dalam dominasi gereja dalam kekuasan mereka, tetapi malah menimbulkan kekacauan. Akhirnya mereka pun melepaskan diri dari agama mereka yaitu Kristen dan menuju kepada perbaikan diri menuju kemajuan, mereka dengan sekularisasi.
Sekularisasi ini menyebar seiring dengan menyebarnya kolonialisme dan imprealisme yang dihasilkan oleh barat kesemua Negara-negara termasuk Negara timur. Sehingga mereka mengikuti system secular dengan melihat hasil yang ada. Al-hasil kemajuan bukannya yang didapat tetapi malah berjalan dalam keadaan yang statis yang terjadi. Sehingga muncullah sebuah pertanyaan, mengapa barat maju dengan meninggalkan agamanya?, dan mengapa Islam justru menjadi mundur dan bergerak statis ketika meninggalkan agamanya, dan apa yang seharusnya dilakukan?.
Pengertian Secular, Sekularisme dan Sekularisasi
Dalam pengertiannya Istilah secular, sekularisasi dan sekularisme telah memancing banyak sarjana mulai dari yang pro hingga yang kontra untuk mendefinisikan arti dari ketiga Istilah diatas.
Menurut Syed Naquib Al-Attas Istilah secular berasal dari kata lain yaitu saeculum, mempunyai arti dengan dua konotasi waktu dan lokasi: waktu menunjuk kepada pengertian sekarang atau kini dan lokasi menunjukkan kepada pengertian dunia atau duniawi. Lalu lanjutnya proses sekularisasi merupakan pembebasan manusia pertama-tama dari agama lalu pemisahan dalam nalarnya yang mengatur nalar dan akalnya. Yang berarti lepasnya semua aspek-aspek religiusitas dari dunia, terhalaunya semua pandangan-pandangan dunia yang tertutup, terpatahkan semua mitos supranatural dan lambing-lambang suci. Dan sekularisme menunjuk kepada suatu ideologi, yang didalamnya terdapat peniadaan pengkeramatan alam dan pendesakralisasikan politik.tetapi tidak pernah mendekonsenkrasikan nilai-nilai karena ia membentuk sisiem nilainya sendiridengan maksud agar dianggap sebagai mutlak dan final. Dengan demikian sekularisme tidak seperti sekularisme yang menisbikan semua nilai dan memberian keterbukaan dan kebebasan yang perlu bagi tindak manusia untuk sejarah.
Sedangkan Nurcholis Madjid mendefinisikan sekularisme sebagai suatu paham yang bersifat keduniaan sedangkan, sekularisasi merupakan proses penduniaan kepada hal-hal yang bersifat dunia dan mengakhiratkan hal-hal yang bersifat akhirat sehingga ia memunculkan suatu konsep yaitu agama 100% dan dunia 100%, sehingga ia memandang perlunya sekularisasi dalam kehidupan umat manusia.
Muhammad Thahir Azhary mengemukakan bahwa sekularisme sebagai paham yang ingin membebaskan atau menetralisir semua bidang kehidupan seperti politik dan kenegaraan, ekonomi, Hukum, social budaya dan ilmu pengetahuan tekhnologi dari pengaruh agama atau hal-hal yang ghaib.sedangkan sekularisasi menurutnya adalah usaha atau proses yang menuju kepada yang sekuleratau proses netralisir dari setiap pengaruh agama dan hal-hal yang ghib.sedangkan sekuler adalah menunjukkan kepada suatu hal yang telah memisahkan kehidupan duniawi dari pengaruh agama atau hal-hal yang ghaib.
Dari definisi-definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sekularisasi merupakan suatu proses dimana para manusia dalam suatu kelompok golongan bahkan Negara menuju proses kedalam keadaan secular atau keadaan yang terpisah dari agama dan hal-hal yang bersifat ghaib dengan menjadikan dunia yang bersifat netral jauh dari unsur-unsur yang transenden.yang menurut Syed Naquib Al-Attas sebagai proses pendewasaan dari hal yang bersifat kekanak-kanakan yaitu agama. Lalu para manusia yang melakukan proses tadi telah berpaham sekularisme sehingga bisa disebut manusia secular, kelompok secular, bahkan Negara secular.
Sejarah Munculnya Sekularisasi
Setelah mengetahui ketiga definisi diatas maka layak bagi kita untuk mengetahui sejarah dari proses sekularisasi tersebut, karena tidak layak jika kita akan membicarakan sekularisme tanpa mengetahui proses sekularisasi tersebut, karena tidak ada sebuah konsep atau teori yang akan muncul dalam keadaan yang facum historis. Dan disini pembahasan akan dimulai sejak awal mula munculnya sekularisasi tersebut oleh masyarakat Eropa hingga kemunculannya dalam Islam yang dibawa oleh Gerakan Turki Muda, yang menurut Dr. Harun Nasution, sebagai para pembaharu.
Mengapa barat menjadi secular? Merupakan pernyataan yang harus diungkapkan melalui sejarah dari Eropa itu sendiri, mengenai ketiga pernyataan diatas Dr. Adian Husaini memberikan tiga jawaban, sebagai penyebab dari sekularisasi tersebut, Yang Pertama,yaitu trauma sejarah yang dirasakan oleh orang Eropa atas Dominasi Kristen terhadap kehidupan mereka, Kedua, probematika teks Bible. Ketiga, Problematika Teologi Kristen.
Sejarah terjadinya sekularisasi dimulai pada abad kegelapan atau yang biasa disebut dengan dark age merupakan zaman yang sangat memilukan bagi sejarah eropa. Zaman itu dimulai ketika impremium eropa barat runtuh dan munculnya gereja Kristen yang dominan dalam masyarakat eropa hingga munculnya zaman renessiance sekitar abad ke-14, mereka menyebutkan zaman itu sebagai lahir kembali, yaitu zaman dimana mereka bangkit kembali dari cengkraman kekuasan gereja.
Kekuatan gereja melakukan dominasi kekuatan dibidang politik hingga agama setelah bertahun-tahun merana berada dibawah otoritas romawi yang selalu menindasnya. Kebebasan itu diraih setelah kaisar konstantine yang pada tahun 313 mengeluarkan edict of Milan. Dan dengan dikeluarkannya editc of Theodosius pada tahun 392 agama Kristen memegang posisi sebagai agama Negara dari impremium romawi.
Kekuatan politik gereja memiliki pengaruh yang kuat dikisaran abad pertengahan bahkan melebihi kekuatan para raja. Penyalahgunaan kekuasaan merupakan mereka lakukan untuk memperkaya pihak gereja, salah satunya surat penebusan dosa yang harus dibeli kegereja bagi para pembuat dosa. Hingga gereja bebas melakukan perbuatan-perbuatan seperti inquisisi dan penyiksaan-penyiksaan dengan dalih menghukum para pembuat dosa. Hingga dalam ilmu pengetahuan dan filsafat harus merupakan sikap apologetic terhadap doktrin-doktrin gereja.
Kekuatan gereja yang mendominasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan politik telah membuat eropa mengalami masa-masa kegelapan. Misalnya saja Galileo Galilei seorang Kristen yang taat dikurung dan disuruh bertobat hingga masa kematiannya, penyebabnya tidak lain adalah dukungannya terhadap pendapat nicolaus Copernicus pendahulunya yang juga dikucilan, karena berpendapat bahwa matahari adalah pusat dari tata surya (heliosentris). Teori ini bertentangan doktrin gereja bahwa bumilah yang merupakan pusat dari tata surya. Hingga martin luther mendengarnya dan ia berkata: "seorang ahli astrologi baru yang berusaha keras untuk menunjukkan bahwa bumi berputar, bukannya langit ataupun cakrawala , matahari dan bulan. Barang siapa ingin tampak pintar harus merancang suatu system baru, yang tentu saja lebih baik dari semua system yang ada. Sibodoh ini hendak memutar balikkan seluruh sains astronomi, tetapi kitab suci mengatakan bahwa Joshua memerintahkan matahari tetap diam bukan bergerak".
Demkianlah pendapat para anggota protestan yang sama kerasnya dengan pendirian para katolikan, dan kebebasan berfikir lebih cepat menyebar didalam tubuh protestan ketimbang katolik.
Lalu pada masa renessiance masyarakat eropa sadar dan mencoba untuk lahir kembali, setelah berabad-abad berada dalam cengkeraman gereja, yang menndas mereka dalam semua segi kehidupan. Masyarakat merasa pentingnya melepaskan diri dari cengkeraman gereja sebagai sang pemilik agama, dan dunia adalah milik manusia. Setelah melakukan pemisahan antara kehidupan agama dan dunia atau sekularisasi, mereka hidup dalam lingkaran dunia dengan melupakan masalah-masalah yang transenden.
Kematian tuhan merupakan hal yang tepat diutarakan oleh Nietzsche untuk menggambarkan kehidupan masyarakat eropa pada saat itu. Karena masyarakat telah melepaskan seluruh system kehidupan mereka dari segala hal yang bersifat transcendental yaitu yang bersifat ukhrowi.
Dengan demikian seperti yang diutarakan oleh Dr. Adian Husaini tadi kita dapat menyimpulkan bahwa sejarah terjadinya sekularisasi dibarat dimulai karena trauma mereka atas wujud agama yang membawa mereka bukan kepada kemajuan, tetapi membawa mereka kepada hal yang bersifat Takhayul, pembakaran dukun, pembakaran buku, Penebusan dosa dan Inquisisi. Hal ini terjadi tidak lain adalah hasil dari penerapan mereka atas teks bible yang mereka miliki lalu mereka tafsiri, dan menjadikannya teologi mereka.
Sekularisasi Di Dunia Islam
Islam pada mulanya muncul ditengah-tengah sebuah bangsa yang hidup bersuku-suku, yang mana tiap suku membanggakan sukunya yang lain, lalu Muhammad datang dengan cahaya Islam mempersatukan suku-suku bahkan bangsa-bangsa dalam satu naungan yaitu Islam. Naungan Islam tersebar mulai dari batas negeri cina hingga negeri Andalusia. Sejarah berkembang hingga hancurnya Baghdad sebagai pusat segala ilmu pengetahuan, lalu muncullah setelahnya daulah Utsmaniah yang menyatakan sebagai Kekhalifahan Islam dimuka bumi. Akan tetapi sejarah daulah ini mencatat keterpurukannya diakhir abad ke-17 yang berujung kepada kehancurannya yaitu pada tahun 1923, dan mulai pada tahun inilah Turki memulai babak baru dalam perjalanan sejarahnya, sebagai Negara yang bercorak nasionalis secular oleh gerakan Turki Muda bukan sebagai kekhalifahan umat Islam.
Kedaulatan Utsmaniyah yang saat itu menjadi satu-satunya kekuatan Islam telah musnah dan diganti oleh system nasionalis, fanatic kebangsaan. Dengan pelopornya yaitu Musthofa Kemal Attaturk yang mengganti Islam sebagai agama menjadi Negara yang tanpa Islam atau sekularisasi.
Islam Versus Sekularisasi Di Turki dan Indonesia
Sekularisasi dibidang politik telah diamini dan diamalkan oleh para golongan nasionalis Turki, yang cenderung mengikuti madzhab politik barat. proses pelepasan agama dari kehidupan dunia khususnya politik telah disuarakan oleh Musthofa kemal Attaturk. Sehingga pada saat itu Turki pun menjadi Negara yang secular.
Sekularisasi yang ada di Turki merupakan hasil dari kemunduran yang dialami oleh Turki, lalu apakah Turki maju dengan menjadi Sekular?, ternyata apa yang diidam-idamkan sebagai kemajuan atas turki dengan cara mengikuti barat tidaklah membawa pada kemajuannya, sebagai bukti bahwa hingga kini Turki masih Statis dalam perkembangannya. Padahal ketika zaman pemerintahan Daulah Utsmaniyah Turki merupakan sebuah kekuatan Islam yang kuat, tetapi ketika para pemimpinnya sudah mulai melihat pada hal-hal yang bersifat keduniaan maka suatu kekuasaan pasti akan mundur, hal ini terjadi disemua penguasa didunia.
Di Indonesia sekularisasi tersosialisasikan oleh hadirnya Soekarno sebagai presiden pertama dalam kancah perpolitikan di Indonesia, yang mengamini cara-cara Musthofa kemal dalam melakukan Modernisasi di Indonesia. Agama bukan lagi sesuatu hal yang patut di Legitimasi dalam perpolitikan. Sehingga terjadilah banyak perdebatan antara kaum Muslim nasionalis yang menyuarakan berdirinya Negara Islam Indonesia, dan kaum nasionalis yang menginginkan demokrasi yang bersifat secular.
Dan mengenai sekularisasi politik yang ada di Turki Bryan S. Turner menyimpulkan bahwa sekularisme merupakan suatu bentuk pemaksaan dari pemerintah rezim, bukanlah sekularisasi yang tumbuh sebagai suatu konsekuensi dari proses moderenisasi seperti yang ada dinegara-negara Eropa. Selain itu sekularisasi diturki merupakan peniruan secara sadarpola tingkah laku masyarakat barat yang dianggap modern dan lebih maju. Karena proses sekularisasi yang terdapat diturki bukanlah mengikuti cara berfikir rasional sehingga menimbulkan kemajuan tetapi mengikuti barat dari segala segi kehidupannya.
Bung Karno menyebutkan langkah pemisahan agama dari Negara oleh Attaturk merupakan langkah yang paling modern dan paling radikal, Kata soekarno, " Agama dijadikan urusan perorangan. Bukan Islam itu dihapuskan oleh Turki tetapi Islam itu diserahkan kepada manusia-manusia turki itu sendiri, dan tidak kepada Negara. Maka oleh karena itu, salahlah kita kalau kita mengatakan bahwa turki itu adalah anti-agama, anti-islam, salahlah kita kalau kita samakan turki itu dengan, misalnya: Rusia."
Dr. Harun Nasution menyatakan hal yang serupa dengan pernyataan bungkarno tersebut, ia menuliskan " Sekularisasi yang dijalankan Musthofa kemal tidak sampai menghilangkan agama. Sekularisasinya berpusat pada kekuasaan golongan ulama' dalam soal Negara dan dalam soal politik. Oleh karena itu pembentukkan partai yang berdasarkan pada agama dilarang, seperti partai Islam, partai Kristen dan sebagainya."
Akan tetapi banyak dari para pemikir Islam yang menolak bahkan mencerca pemikiran sekularisasi yang di jalankan oleh Soekarno. A. Hassan misalnya menyebutkan logika soekarno sebagai logika "otak lumpur" karena tidak memahami permasalahan sekularisasi yang ada di Turki. Bahkan para pemikir Islam yang dikenal sebagai kaum Moderat dan Modernis seperti, Syafi'I Ma'arif, Azyumardi Azra, dan Munawir Syadzali, menolak dan mengkritik sikap soekarno yang cepat mengagumi Musthofa kemal Attaturk.
Nurcholis Madjid yang biasa disapa dengan caknur menulis dalam makalah yang menimbulkan polemic yang panjang, " ….. Dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan penerapan sekularisme dan merubah kaum muslim menjadi kaum sekularis. Tapi dimaksudkan untuk menduniakan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari kecendrungan mengukhrowikan- nya".
Dengan demikian caknur menilai sebagaimana Harun Nasution dan soekarno menilai, agar dilakukannya sekularisasi didalam bidang politik, sehingga ia melarang untuk menjadikan agama sebagai alat politisasi, sehingga ia mengemukakan bahwa perlunya menghilangkan partai politik dari unsure-unsur agama.
Akan tetapi Cak Nur seakan-akan tidak sengaja telah membentur teorinya sendiri, karena Ia berpendapat bahwa dalam teorinya yaitu teori taskhir yang mana ia berpendapat bahwa selayaknya seorang Muslim untuk menundukkan Alam demikianlah manusia yang berpegangan dengan konsep Tauhid. Karena seseorang yang tunduk kepada alam, merupakan orang yang lemah, sehingga dapat menyebabkan ia menjadi Syirk.
Yang menjadi pertanyaan dari pertanyaan diatas adalah apakah mungkin penundudukkan alam jika didasari pada konsep tauhidi dapat bersinkronisasi dengan konsep Sekularisasi?. Apakah seorang muslim dapat menundukkan alam atas nama Tauhid jika menyuarakan partai Islam saja tidak boleh?.
Dengan demikian pernyataan Cak Nur yang penuh dengan pertentangan itu tidak bisa dijadikan sebagai konsep atas terwujudnya masyarakat sebagaimana yang diharapkannya, karena disisi lain konsepnya tentang muslim yang harus menundudukkan alam bersifat Tauhidik, dan disisi lain keharusan sekularisasi kehidupan dari agama, sehingga urusan dunia tidak bercampur dari agama.
Konsep Kehidupan Akhirat Dan Dunia Dalam Islam
Dalam memahami Konsep kehidupan Akhirat dan Dunia kita perlu membicarakannya dalam masalah kesadaran umat Islam dalam beragama sebagai asas dalam kehidupan umat Islam. Karena konsep ini telah membedakan Islam dengan agama manapun.
Islam merupakan sebuah agama tetapi lebih dari sebuah agama, ia merupakan jalan bagi seorang muslim dalam menyerahkan dirinya kepada Raab semesta alam. Islam merupakan DIIN yang memiliki kata DAYN yang berarti hutang. Yang mana setiap muslim harus membayarnya. Hutang itu berupa nikmat yang dirasakan oleh setiap manusia dan harus dibayarkan dengan cara-cara, yang oleh Sang Pemilik Hutang inginkan.
Bagi para pemeluk Islam di wajibkan untuk mengucapkan Laailaaha illa Allah (bahwa tiada tuhan selain Allah) pernyataan ini merupakan bentuk dari pernyataan realitas atas keesaan wujud Allah sebagai Tuhan yang satu. Sehingga para ilmuan muslim dari yang tradisinal hingga yang modern mempelajari Ilmu-Ilmu sebagai wujud atas pembuktian dari eksistensinya.
Bagi umat Islam konsep dari Islam adalah kesadaran atas keesaan Tuhan sebagai realitas tertinggi, sebagai yang Mutlak. Konsep kesadaran akan keesaannya bertujuan atas kesadaran atas nama-namanya, sifat-sifatnya, serta perbuatannya. Kesadaran itu juga termasuk atas kewajiban bagi umat Islam untuk mematuhi ajaran Islam yang merupakan perintah Tuhan.
Kewajiban itu disebut juga dengan Syari'at, yang berarti diperintahkan. Dan perintah-perintah ini memiliki aspek-aspek yang privat. Yang pertama adalah aspek privat antara manusia sebagai hamba kepada Tuhannya. Dan yang kedua yaitu aspek manusia dengan manusia yang lainnya. Akan tetapi kedua aspek ini bukanlah saling bertentangan yang akhirnya menimbulkan sekularisasi tetapi merupakan aspek yang saling berkaitan halnya antara satu dengan yang lainnya.
aspek yang pertama yang melibatkan segala bentuk ibadah kepada yang maha kuasa, Sholat, Puasa, Haji, dan berdo'a, merupakan munajat langsung seorang manusia kepada Tuhannya, akan tetapi ketika masuk dalam ranah sholat berjama'ah ataupun sholat Jum'ah maka setiap muslim akan saling bertemu dan berkomunikasi, sehingga aspek yang kedua termumpuni. Bahkan dalam praktek yang kedua memberikan tujuannya kepada aspek yang pertama, seperti Zakat, Shodaqoh. Yang dengannya seorang muslim berharap untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Dengan demikian Nilai-nilai spiritual telah tertanam dalam semua sikap kehidupan setiap muslim, dan menghasilkan perbuatan baik kepada alam semesta, karena alam merupakan bahagian dari ciptaan Allah dan bagian dari manusia, dan inilah konsep Rahmatan LilAlamiin.
Lalu bagaimanakah penerapannya dalam bidang politik dan sains, yang mana barat selalu ingin memisahkannya dari agama?.
Tauhid sebagai kesadaran umat Islam dalam hidup merupakan konsep yang harus dijalani oleh setiap muslim didunia. Oleh karena itu perlu adanya penyadaran diri dalam diri manusia ketika dia melakukan setiap perbuatannya harus selalu hasil dari Ibadah, sehingga menjadi ibadah itu sendiri.
Politik antara barat dan Islam memiliki tujuan yang berbeda. Jika barat berpolitik dengan tujuan semata-mata untuk kekuasaan, sehingga agar setiap orang berkuasa dibangunnyalah prinsip Demokrasi. Sedangkan dalam Islam tujuannya adalah bagaimana membangun tatanan dunia yang baik yang mengsinkronkan antara Tuhan – Manusia – dan Alam.
Sehingga politik dalam Islam merupakan wujud seorang hamba dalam menjalankan perintah Tuhannya untuk mewujudkan suatu tatanan alam yang teratur dan baik. Bukan sebagai sesuatu hal yang tidak berkaitan dengan Tuhan, malah justru sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan, dalam penciptaan keteratuan kosmos. Oleh karena itu Ruh sang pemimpin sebagai si Pemimpin merupakan sesuatu yang sangat penting diatas segalanya, bukan hak materil sang pemimpin.
Sedangkan dalam hal Sains atau ilmu pengetahuan, Islam memiliki epistemology tersendiri yang berasaskan pada Tauhid sebagai semangat ilmiah, sehingga sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa berbagai jenis sains, ilmu social, ilmu alam, ilmu social dan berbagai macam ilmu lainnya menunjukkan bukti yang paling fundamental atas wujud Allah.
Objektivitas merupakan aspek yang penting dari semangat ilmiah, objektivitas disini dimaksudkan sebagai tidak adanya ketidak berpihakkan yang merujuk kepada prinsip kolektif umum dan keadilan dalam ilmu pengetahuan merupakan sifat-sifat manusia yang mulia dan dengan demikian mereka dapat dihargai secara universal. Sehingga dalam dunia keilmuan Islam sangat menjunjung tinggi atas terrealisasinya sikap yang objektif ini, karena objektivitas merupakan suatu ketulusan.
Akan tetapi dalam tradisi Islam objektivitas yang dipahami sebagai sikap yang tidak berpihak dan adil diwilayah pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kesadaran religious Tauhid. Kenyataan ini merupakan hal yang lain ketika didunia modern Agama merupakan suatu hal yang menjadi halangan atas hadirnya objektivitas ini. Akan tetapi ideology sekuler menunjukan kepada dunia bahwa Agama merupakan hambatan terbesar bagi munculnya sikap objektif tersebut.
Padahal jika kita menilik ulang kebesaran sains Islam yang banyak mempengaruhi para ilmuwan barat dan menjadi tonggak sejarah kemajuan barat, merupakan hasil dari sains yang tidak bertolak belakang dengan agama tetapi merupakan sains yang menjadi bukti akan Eksistensi Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia, dan memiliki nilai objektivitas yang tinggi.
Albiruni merupakan contoh dari seambrek contoh-contoh yang ada dalam kajian ilmu-ilmu tentang manusia atau sosiologi. Dengan methodenya ia telah membuktikan bahwa Islam memiliki Prinsip-prinsip Objektif dalam kajian ilmiah. Sebagaimana yang ditulis oleh E. C. Sachau tentang Albiruni, bahwa dia adalah orang yang paling berjasa mengenalkan India kepada Barat: "Ia seorang hakim yang tegas kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Karena ia sendiri sangat tulus, ketulusanlah yang ia tuntut dari orang lain. Jika ia tidak memahami suatu persoalaan atau hanya tahu sebagaian saja, ia langsung saja mengatakan demikian kepada pembaca dan berjanji akan terus berusaha dan menerbitkan hasilnya pada waktunya, meskipun umurnya telah 58 tahun seakan-akan ia bertanggung jawab secara moral kepada umum." Demikian lah kutipan dari seorang non Muslim yang mau bersikap Objektif terhadap keObjektivitasan Albiruni, yang selalu tulus dalam setiap penelitiannya.
Oleh karena itu tidaklah menjadi alasan untuk melepaskan Islam dengan dalih agar mampu untuk bersikap Objektif. Karena Islam merupakan sikap Objektif itu sendiri, dan jika pelepasan agama merupakan alasan bagi objektivitas, maka pelepasan diri dari agama merupakan tujuan itu sendiri, yang berarti dia sendiri benci untuk beragama, dan berusaha untuk tidak percaya Tuhan, yang mana kepercayaan itu merupakan fitrah manusia.
Kesimpulan
Dengan demikian bahwa Islam sama sekali menolak konsep dari pada bentuk-bentuk sekularisasi dan sekularisme dalam kehidupan manusia, karena Islam merupakan agama yang Syamiil dan mencangkup setiap aspek kehidupan manusia. Berbeda dengan Kristen, mungkin Kristen sendiri perlu di sekulerkan karena doktrin-doktrin keberagamaannya penuh dengan kontroversi dan kesalahan, lalu apa yang terjadi jika sebuah kesalahan menjadi penguasa? Jawaban itu telah ada dalam sejarah Eropa yang kelam diabad pertengahan.
Lalu benarkah proses sekularisasi yang ada dibarat? Jawabannya adalah salah, karena proses sekularisasi itu menjadikan seorang manusia tidak sadar kedudukannya dimuka bumi ini yaitu sebagai Khalifah, atau pemimpin semua makhluk yang ada dibumi. Oleh karena itu perlu adanya proses Islamisasi kepada semua bangsa agar kembali kepada Millah yang benar yaitu Millah yang Haniif.

Referensi
• Syed Naquib Al-Attas, Islam And Secularism, ABIM, Kuala Lumpur, 1978 diterjemahkan: Islam dan Sekularisme, Penerbit Pustaka Bandung, Cet. 1, 1401-1981
• M. Syukri Ismail, Kritik Terhadap Sekularisme (pandangan Yusuf Qardhawi), penerbit Center For Islamic and Occidental Studies (CIOS) Institut Studi Islam Darussalam (ISID),Agustus 2007, Cet: 1,
• Prof. Dr Harun Nasution dalam bukunya Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Penerbit N.V. Bulan Bintang – Jakarta 1982.
• Adian Husaini, Mengapa Barat Menjadi Sekular-Liberal, Penerbit Center or Islamic And Occidental Studies (CIOS), Agustus 2007, Cet: 1
• Bertrand Russel, History of western Philosophy and its connection with political and social circumstances form the earliest times to the present days, diterjemahkan oleh: Sigit Jatmiko Dkk. Sejarah filsafat barat dan kaitannya dengan kondisi sosio politik dari zaman kuno hingga sekarang. Pustaka pelajar Yogyakarta, 2004 Cet:2
• M. Arfan Mu'amar, majukah Islam dengan Menjadi Sekular? (kasus Turki), Center For Islamic Studies (CIOS) ISID. Cet: 1. 2007
• H. Adian Husaini, Sekularisme penumpang gelap reformasi, diterbitkan oleh yayasan kampus sina Surabaya, 2000. cet:1
• Dr. HM Afif Hasan Fragmentasi ortodoksi Islam Membongkar akar sekularisme. Diterbitkan oleh pustaka bayan, 2008, cet: 2.
• Dr. Osman Bakar, Tawhid and Science: Islamic perspectives on Religion and Science, terjamahan oleh: yuliani liputo & M.S Nasrulloh, Tauhid dan Sains perspektif Islam tentang agama dan sains, Pustaka Hidayah, edisi kedua revisi, nov 2008.
• Seyyed Hosein Nasr.Islam: Religion, History and civilization. Diterjemahkan oleh: Koes Adiwidjajanto, M.A, Islam : agama, sejarah dan peradaban, Risalah gusti, cet: 1 sept 2003.
• Seyyed Hossein Nasr, Science and Civilization In Islam, diterjemahkan oleh: J. mahyudin, Sains dan peradaban didalam Islam, penerbit pustaka, cet. 2. 1997

0 komentar:

Posting Komentar

 

Buku Tamu


ShoutMix chat widget
Guest